Apple Bangun Ekosistem Game Sendiri di Mac, Tapi Masalah Klasik Belum Terselesaikan
Konferensi Pengembang Tahunan Apple (WWDC) 2025 tinggal menghitung hari. Seperti tradisi tahun-tahun sebelumnya, Apple diperkirakan akan kembali menyoroti dunia gaming dalam rangkaian pembaruan perangkat lunaknya.
Laporan dari Mark Gurman (Bloomberg) menyebutkan bahwa Apple tengah menyiapkan sebuah aplikasi khusus untuk game.
Aplikasi ini kabarnya akan berfungsi sebagai launcher utama, tempat pengguna bisa mengakses berbagai judul game, melihat pencapaian, papan peringkat, hingga fitur komunikasi dalam game dalam satu wadah terpusat.
Game Hub Ala Apple: Saingan Baru untuk Steam?
Jika dilihat dari fungsinya, aplikasi ini tampaknya akan sangat mirip dengan Steam. Bedanya, launcher milik Apple ini akan menampilkan koleksi game dari App Store serta layanan berlangganan Apple Arcade.
Menariknya, menurut Gurman, versi Mac dari aplikasi ini kemungkinan juga mendukung game yang diunduh di luar App Store. Artinya, bisa saja nantinya pengguna dapat mengintegrasikan pustaka game dari platform lain seperti Steam atau Epic Games ke dalam launcher milik Apple ini.
Langkah Apple untuk memperkuat posisinya di dunia game tampaknya tidak main-main. Baru-baru ini, perusahaan tersebut mengakuisisi RAC7—studio di balik game populer Sneaky Sasquatch. Akuisisi ini mengisyaratkan bahwa Apple mungkin sedang mempersiapkan pengembangan game internal sebagai bagian dari strategi jangka panjang mereka.
Dalam beberapa tahun terakhir, sejumlah judul besar juga mulai merambah ekosistem Apple. Assassin’s Creed Mirage dan Resident Evil 4 menjadi contoh game AAA yang telah di-porting ke perangkat Apple.
Sementara itu, Netflix Gaming ikut meramaikan dengan menghadirkan game indie berkualitas seperti Hades dan Death’s Door ke platform mereka, memperlihatkan bahwa pasar game mobile dan MacOS semakin menarik bagi pengembang besar maupun independen.
Masalah Utama: Kompatibilitas Game Masih Jadi Penghalang
Meski berbagai upaya Apple mengarah ke perkembangan yang positif, kenyataannya banyak gamer tetap memilih Windows PC atau konsol untuk memainkan game yang lebih serius di luar kategori mobile. Kehadiran launcher baru di Mac atau iPhone memang bisa mempermudah pencarian dan pengelolaan game, tetapi sayangnya, langkah ini belum menyentuh persoalan mendasar—yakni masalah kompatibilitas game.
Ironisnya, saat ini pengalaman bermain game di Linux justru dinilai lebih baik dibandingkan di Mac. Hal ini menunjukkan betapa Apple masih tertinggal dalam menyediakan dukungan menyeluruh bagi game berbasis Windows.
Banyak pihak mulai mempertanyakan mengapa Apple belum meniru pendekatan Valve yang sukses mengembangkan Proton, sebuah lapisan kompatibilitas yang memungkinkan ratusan game Windows bisa dimainkan di Linux. Jika Apple ingin benar-benar bersaing di ranah gaming, pendekatan serupa mungkin menjadi langkah yang layak dipertimbangkan.
Jika Apple ingin mempercepat pertumbuhan ekosistem gaming-nya, pengembangan semacam lapisan kompatibilitas seperti Proton milik Valve bisa menjadi kunci. Teknologi ini akan memudahkan developer dalam membawa game mereka ke perangkat Apple—setidaknya ke platform macOS—tanpa perlu membangun ulang dari awal. Selain mengurangi beban teknis, hal ini juga bisa mempercepat perluasan basis pemain di Mac.
Saat ini, Apple menghadapi dilema klasik: minimnya jumlah gamer di Mac membuat developer enggan merilis game mereka di platform tersebut, sementara jumlah gamer tidak akan bertambah jika pilihan game tetap terbatas. Ini seperti lingkaran setan yang sulit diputus tanpa intervensi serius dari Apple sendiri.
Yang membuat situasi ini semakin ironis adalah kenyataan bahwa MacBook generasi terbaru—berkat chip Apple Silicon seri M—sudah sangat mumpuni untuk gaming. Sayangnya, performa tinggi itu belum bisa dimanfaatkan maksimal karena jumlah game yang kompatibel dengan macOS masih sangat terbatas.
Mengintegrasikan lapisan kompatibilitas langsung ke dalam launcher game Apple bisa menjadi langkah strategis yang sangat kuat. Ini bukan hanya akan membuka pintu bagi ratusan game Windows, tetapi juga menunjukkan bahwa Mac mampu menjadi platform gaming yang kompeten—dan pada akhirnya, bisa mendorong lebih banyak pengembang untuk menghadirkan dukungan native.