Nokia mendapatkan angin segar setelah raksasa chip Nvidia resmi membeli 2,9 persen saham perusahaan asal Finlandia itu senilai US$ 1 miliar atau sekitar Rp 16,6 triliun.
Investasi besar ini menjadi bagian dari kolaborasi strategis keduanya dalam pengembangan kecerdasan buatan (AI) dan data center.
Kabar kemitraan tersebut langsung berdampak positif terhadap performa saham Nokia, yang melonjak ke level tertinggi dalam satu dekade terakhir.
Dalam kerja sama ini, Nokia akan menggandeng Nvidia untuk menciptakan solusi jaringan berbasis AI sekaligus menjajaki peluang integrasi produk data center Nokia ke dalam infrastruktur milik Nvidia.
Bagi Nvidia, kesepakatan ini memperkuat posisinya sebagai pemasok utama data center global. Menurut laporan McKinsey, belanja modal untuk pembangunan infrastruktur data center diperkirakan akan melampaui US$ 1,7 triliun pada tahun 2030, didorong oleh pesatnya ekspansi teknologi AI di berbagai sektor.
Dominasi Nvidia di pasar chip AI untuk data center semakin tak terbendung. Perusahaan ini telah menjalin kemitraan strategis dengan sejumlah raksasa teknologi dunia, termasuk OpenAI dan Microsoft, yang mengandalkan GPU buatan Nvidia untuk mendukung infrastruktur kecerdasan buatan mereka.
CEO Nvidia, Jensen Huang, mengungkapkan bahwa kemitraan strategis dengan Nokia akan menjadi langkah penting dalam mendorong Amerika Serikat menjadi pusat revolusi teknologi 6G.
“Terima kasih telah membantu AS membawa kembali inovasi telekomunikasi ke tanah air,” ujar Huang kepada Justin Hotard, CEO Nokia, dalam pidatonya di Washington.
Dalam wawancara terpisah dengan Reuters, Hotard menjelaskan bahwa inti dari kesepakatan ini terletak pada bagaimana teknologi komputasi buatan Nvidia dapat menjadi fondasi utama untuk sektor mobile. “Teknologi Amerika kini menyediakan kapabilitas dasar melalui platform komputasi Nvidia, yang dirancang khusus untuk perangkat mobile,” katanya.
Produk hasil kolaborasi antara Nokia dan Nvidia tersebut diproyeksikan akan mulai dipasarkan secara komersial pada 2027. Perangkat tersebut nantinya akan menjadi bagian penting dalam pengembangan jaringan 5G dan 6G generasi berikutnya.
Sejak bergabung dengan Nokia pada April lalu setelah meninggalkan Intel, Justin Hotard langsung mengarahkan perusahaan asal Finlandia itu untuk memperkuat fokus bisnisnya di sektor data center.
Langkah strategis ini kini mendapat dukungan besar dari Nvidia, yang melalui investasi terbarunya resmi menjadi pemegang saham terbesar kedua di Nokia.
Baik Nokia maupun Ericsson—dua raksasa asal Eropa yang dikenal sebagai produsen utama perangkat konektivitas antar data center—tengah menikmati lonjakan permintaan berkat pesatnya perkembangan teknologi kecerdasan buatan (AI).
Selama ini, Nokia mengandalkan chip buatan Marvell untuk sebagian besar produknya. Namun dengan hadirnya teknologi Nvidia, Nokia akan mulai mengadopsi chip yang memiliki harga lebih tinggi, tetapi dengan performa yang lebih kuat untuk pasar AI dan data center.
Menurut analis Mads Rosendal dari Danske Bank Credit Research, keputusan tersebut bisa menjadi keuntungan besar karena dominasi Nvidia di pasar data center Amerika Serikat semakin kuat.
Selain itu, Nvidia dan Nokia juga bekerja sama dengan operator T-Mobile AS untuk mengembangkan teknologi radio berbasis AI dan jaringan 6G. Uji coba teknologi baru ini dijadwalkan akan dimulai pada tahun 2026, membuka jalan menuju era komunikasi nirkabel generasi berikutnya.


.jpeg)
