Iklan - Scroll Kebawah Untuk Melanjutkan

SoftBank Jual Saham Nvidia, Pasar Langsung Panik — Ada Apa Sih?

SoftBank Jual Saham Nvidia, Pasar Langsung Panik — Ada Apa Sih?

Masayoshi Son memang bukan tipe orang yang setengah-setengah dalam mengambil langkah besar. Pendiri SoftBank itu dikenal dengan keputusan investasinya yang sering bikin banyak orang geleng kepala—dan setiap langkahnya selalu terasa lebih berani dari sebelumnya.

Kali ini, Son kembali bikin gebrakan: ia menjual seluruh kepemilikan saham Nvidia senilai US$5,8 miliar atau sekitar Rp92,8 triliun untuk mengalihkan fokus penuh ke pengembangan kecerdasan buatan (AI). 

Keputusan ini langsung bikin dunia bisnis heboh pada Selasa lalu, meski kalau dipikir-pikir, langkah berani semacam ini sudah jadi ciri khas pria berusia 68 tahun itu. Mungkin justru akan lebih aneh kalau Son tidak bertaruh besar lagi.

Kalau menengok ke akhir era 1990-an saat gelembung dot-com sedang menggila, kekayaan Masayoshi Son sempat meroket hingga sekitar US$78 miliar (setara kurang lebih Rp1.248 triliun) pada Februari 2000. Dalam waktu singkat, ia bahkan sempat menyandang gelar orang terkaya di dunia.

Namun, kejayaan itu nggak bertahan lama. Beberapa bulan kemudian, gelembung dot-com meledak dan membuat pasar berantakan. Son kehilangan sekitar US$70 miliar atau lebih dari Rp1.120 triliun — rekor kerugian pribadi terbesar dalam sejarah saat itu. Nilai pasar SoftBank pun anjlok hingga 98%, dari US$180 miliar menjadi cuma US$2,5 miliar.

SoftBank Jual Saham Nvidia, Pasar Langsung Panik — Ada Apa Sih?

Di tengah masa kelam itu, Son justru membuat langkah yang nantinya jadi legenda di dunia investasi: menanam US$20 juta (sekitar Rp320 miliar) di Alibaba pada tahun 2000. Konon, keputusan itu diambil hanya setelah enam menit bertemu dengan Jack Ma. 

Siapa sangka, investasinya itu berkembang luar biasa hingga bernilai US$150 miliar (sekitar Rp2.400 triliun) pada 2020 — menjadikannya salah satu tokoh paling disegani di dunia ventura dan menandai kebangkitan besar SoftBank.

Kesuksesan besar dari investasi di Alibaba sempat membuat banyak orang lupa bahwa Masayoshi Son juga punya sisi “terlalu berani” dalam berjudi di dunia bisnis. Kadang, Son seperti enggan meninggalkan meja permainan meski taruhannya sudah kelewat tinggi.

Contohnya terjadi saat ia butuh modal besar untuk meluncurkan Vision Fund pertamanya pada 2017. Tanpa banyak ragu, Son langsung menggandeng Public Investment Fund (PIF) dari Arab Saudi dan berhasil mengantongi investasi sekitar US$45 miliar — atau setara Rp720 triliun. Langkah ini dilakukan jauh sebelum uang dari Timur Tengah dianggap “mainstream” di Silicon Valley.

Namun, situasi berubah drastis pada Oktober 2018 ketika jurnalis Jamal Khashoggi tewas dibunuh. Son mengecam peristiwa itu sebagai sesuatu yang “mengerikan dan sangat disesalkan,” tapi tetap menegaskan bahwa SoftBank tidak bisa begitu saja membelakangi rakyat Arab Saudi. Ia memilih untuk tetap mengelola modal dari kerajaan tersebut. Bahkan, setelah kejadian itu, Vision Fund justru mempercepat aktivitas investasinya.

Sayangnya, keputusan tersebut tak berjalan seindah yang dibayangkan.

SoftBank Jual Saham Nvidia, Pasar Langsung Panik — Ada Apa Sih?

Taruhan besar Masayoshi Son di Uber sempat menimbulkan kerugian di atas kertas selama bertahun-tahun. Namun bencana sebenarnya datang lewat WeWork.

Meski banyak penasihatnya menolak, Son justru jatuh hati pada pendiri WeWork, Adam Neumann, dan memberi valuasi fantastis sekitar US$47 miliar (sekitar Rp752 triliun) pada awal 2019 — setelah sebelumnya beberapa kali menyuntikkan dana ke perusahaan tersebut.

Sayangnya, euforia itu cepat berubah jadi mimpi buruk. Rencana IPO WeWork hancur total setelah dokumen S-1 filing mereka dirilis dan menimbulkan kekhawatiran besar di kalangan investor. Perusahaan itu tak pernah benar-benar pulih, meski Neumann akhirnya tersingkir dan berbagai langkah efisiensi dilakukan.

Akibatnya, SoftBank harus menelan kerugian ekuitas sebesar US$11,5 miliar (sekitar Rp184 triliun) dan tambahan utang sekitar US$2,2 miliar (Rp35 triliun). Son bahkan pernah menyebut pengalaman itu sebagai “noda dalam hidup saya.”

Namun, seperti biasa, Son tidak tinggal diam terlalu lama. Selama beberapa tahun terakhir, ia kembali berusaha bangkit — dan langkah terbarunya pada Selasa lalu mungkin akan dikenang sebagai momen penting dalam kebangkitan SoftBank.

Hari itu, perusahaan mengumumkan telah menjual seluruh 32,1 juta saham Nvidia yang dimilikinya. Tapi menariknya, penjualan itu bukan untuk “main aman” atau diversifikasi investasi. 

Sebaliknya, Son justru menggandakan taruhannya di dunia AI, termasuk rencana investasi US$30 miliar (sekitar Rp480 triliun) untuk OpenAI, serta ambisinya ikut serta dalam proyek pusat manufaktur AI senilai US$1 triliun (sekitar Rp16.000 triliun) di Arizona.

Kalau keputusan menjual saham Nvidia itu sempat bikin Masayoshi Son agak waswas, itu wajar saja. Dengan harga sekitar US$181,58 per lembar (sekitar Rp2,9 juta), SoftBank keluar dari investasinya hanya 14% di bawah rekor tertinggi Nvidia di US$212,19, yang berarti Son berhasil melepas sahamnya nyaris di puncak nilai pasar — sesuatu yang jarang terjadi untuk posisi sebesar itu.

Tapi langkah ini juga menandai keluarnya SoftBank untuk kedua kalinya dari Nvidia. Sayangnya, pengalaman pertama mereka tidak seindah kali ini. Pada tahun 2019, SoftBank pernah menjual saham Nvidia senilai US$4 miliar (sekitar Rp64 triliun) hanya seharga US$3,6 miliar (Rp57,6 triliun). 

Kalau saham itu masih dipegang hingga sekarang, nilainya sudah melonjak jadi lebih dari US$150 miliar (sekitar Rp2.400 triliun) — sebuah perbedaan yang bikin siapa pun bakal garuk kepala.

Penjualan terbaru ini juga sempat mengguncang pasar saham. Setelah kabar transaksi itu muncul, harga saham Nvidia turun hampir 3%, meskipun para analis menegaskan bahwa langkah SoftBank tidak mencerminkan pandangan negatif terhadap Nvidia. Sebaliknya, penjualan itu diyakini sebagai strategi Son untuk mengumpulkan modal demi ekspansi agresif di sektor AI.

Namun, satu pertanyaan besar tetap menggantung di benak para pelaku pasar:

Apakah Son tahu sesuatu yang belum disadari orang lain?

Melihat rekam jejaknya — yang penuh langkah berisiko tapi sering berbuah besar — mungkin saja jawabannya iya. Dan untuk saat ini, ketidakpastian itulah yang jadi bahan bakar spekulasi di Wall Street.

Also Read
Latest News
  • SoftBank Jual Saham Nvidia, Pasar Langsung Panik — Ada Apa Sih?
  • SoftBank Jual Saham Nvidia, Pasar Langsung Panik — Ada Apa Sih?
  • SoftBank Jual Saham Nvidia, Pasar Langsung Panik — Ada Apa Sih?
  • SoftBank Jual Saham Nvidia, Pasar Langsung Panik — Ada Apa Sih?
  • SoftBank Jual Saham Nvidia, Pasar Langsung Panik — Ada Apa Sih?
  • SoftBank Jual Saham Nvidia, Pasar Langsung Panik — Ada Apa Sih?
Post a Comment
Tutup Iklan